PENILAIAN PRESTASI KERJA (KINERJA)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada umumnya orang berkecimpung
dalam manajemen sumber daya manusia sependapat bahwa penilaian prestasi kerja
para pegawai merupakan bagian penting dari seluruh proses kekaryaan pegawai
yang bersangkutan. Pentingnya penilaian prestasi kerja yang rasional dan
diterapkan secara objektif terlihat pada paling sedikit dua kepentingan, yaitu
kepentingan pegawai yang bersangkutan sendiri dan kepentingan organisasi.
Bagi para pegawai, penilaian tersebut berperan sebagai
umpan balik tentang berbagai hal seperti kemampuan, keletihan, kekurangan dan
potensinya yang pada gilirannya bermanfaat untuk menentukan tujuan, jalur,
rencana, dan pengembangan karirnya.
Bagi organisasi, hasil penilaian prestasi kerja para
pegawai sangat penting arti dan peranannya dalam pengambilan keputusan tentang
berbagai hal, seperti identifikasi kebutuhan program pendidikan dan pelatihan,
rekrutmen, seleksi, program pengenalan, penempatan, promosi, sistem imbalan dan
berbagai aspek lain dari keseluruhan proses manajemen sumber daya manusia secara
efektif.
Penilaian pelaksanaan pekerjaan perlu dilakukan secara
formal berdasarkan serangkaian kriteria yang ditetapkan secara rasional serta
diterapkan secara objektif serta didokumentasikan secara sistematik. Hanya
dengan demikianlah dua kepentingan utama yang telah disinggung di muka dapat
terpenuhi. Hal ini perlu ditekankan karena tidak sedikit manajer yang
beranggapan bahwa pelaksanaan penilaian prestasi kerja secara formal oleh
bagian bagian kepegawaian sebenarnya tidak diperlukan dan bahkan dipandang
sebagai “gangguan” terhadap pelaksanaan tugas masing-masing, para manajer
itulah yang sehari-hari membimbing dan mengawasi para bawahannya dalam
pelaksanaan tugas masing-masing, para manajer pulalah yang paling kompeten
melakukan penilaian. Dalam makalah ini penulis akan membahas apa itu kinerja,
faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja, konsep penilaian kinerja, metode
penilaian prestasi kerja, serta hubungan penilaian kinerja dengan kinerja.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu prestasi kerja?
2. Apa saja yang mempengaruhi prestasi kerja?
3. Apa tujuan penilaian prestasi kerja?
4. Bagaimana konsep penilaian prestasi kerja?
5. Metode apa yang digunakan dalam penilaian
prestasi kerja?
6. Apa saja yang menjadi kendala dalam proses
penilaian prestasi kerja?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu prestasi kerja
2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang
mempengaruhi prestasi kerja
3. Untuk mengetahui tujuan penilaian pretasi
kerja
4. Untuk mengetahui konsep penilaian prestasi
kerja
5. Untuk mengetahui metode yang digunakan
dalam penilaian prestasi kerja
6. Untuk mengetahui kendala yang ada dalam
penilaian pretasi kerj
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Prestasi Kerja
Pengertian prestasi kerja disebut juga
sebagai kinerja atau dalam bahasa Inggris disebut dengan performance.
Pada prinsipnya, ada istilah lain yang lebih menggambarkan pada
“prestasi” dalam bahasa inggris yaitu kata “achievement”. Tetapi karena kata
tersebut berasal dari kata “to achieve” yang berarti “mencapai”, maka
dalam bahasa indonesia sering diartikan menjadi “pencapaian” atau “apa yang
dicapai”.
Bernardin dan russel (1993:378) memberikan
definisi tentang prestasi kerja sebagai berikut : “performance is defined as
the record of outcome produced on a specified job function or activity
during a specified time period” (prestasi kerja didefinisikan sebagai catatan
dari hasil-hasil yang diperoleh melalui fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau
kegiatan selama tempo waktu tertentu).
Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa prestasi
kerja lebih menekankan pada hasil atau yang diperoleh dari sebuah pekerjaan
sebagai kontribusi pada perusahaan. Rahmanto menyebutkan prestasi kerja atau
kinerja sebagai tingkat pelaksanaan tugas yang bisa dicapai oleh seseorang,
unit, atau divisi, dengan menggunakan kemampuan yang ada dan batasan-batasan
yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan perusahaan.
2.2
Pengertian Penilaian Prestasi Kerja
Pada sub-bab di atas telah dijelaskan
mengenai prestasi kerja, namun bagaimanakah definisi “penilaian” ? Muchinsky
(1993:217) mendefinisikan penilaian sebagai berikut : “ a systematic
review of an individual employee’s performance on the job which
is used to evaluate the effectiveness of his or her work”. (suatu
peninjauan yang sistematis terhadap prestasi kerja individu karyawan dalam
pekerjaan yang digunakan untuk mengevaluasi efektivitas kerja).
Penilaian prestasi kerja dalam bahasa
inggris disebut sebagai performace appraisal. pada kamus
Manajemen SDM dan Perilaku Organisasi (tunggal,1997:48) berarti suatu proses organisasi
menilai performa individu. Sedangkan Bittel (1996:233) menyebutkan suatu
evaluasi formal dan sistematis tentang seberapa baik seseorang melakukan
tugasnya dan memenuhi perannya yang sesuai dalam organisasi. Blanchard dan
spencer (1982:100) menyebutkan penilaian prestasi kerja merupakan proses
organisasi yang mengevaluasi prestasi kerja karyawan terhadap pekerjaannya. Esensinya,
supervisor dan karyawan secara formal melakukan evaluasi terus menerus. Kebanyakan
mereka mengacu pada prestasi kerja sebelumnya dan mengevaluasi untuk mengetahui
apa yang akan dilakukan selanjutnya. Ketika prestasi kerja tidak memenuhi
syarat, maka manajer atau supervisor harus mengambil tindakan, demikian juga
apabila prestasi kerjanya bagus maka perilakunya perlu dipertahankan.
Berikut terdapat pendapat dari beberapa
ahli mengenai definisi penilaian prestasi kerja,antara
lain :
1. Roger belows, dalam Psycology of
Personnal in Business Industry, Rentice Hall, New Jersey 1961, p.370
mendefinisikan suatu penilaian periodik atas nilai seorang individu karyawan
bagi organisasinya, dilakukan oleh atasannya atau seseorang yang berada dalam
posisi untuk mengamati atau menilai prestasi kerjanya.
2. Dale s. Beach, The Management of People
at Work, Mac Milian New York, 1970 p.257, mendifinisikan sebuah penilaian
sistimatis atas individu karyawan mengenai prestasinya dalam pekerjaannya dan potensinya
untuk pengembangan.
3. Bernardin dan Russel (1993:379),
mendefinisikan suatu cara mengukur kontribusi individu (karyawan) kepada
organisasi tempat mereka bekerja.
4. Cascio (1992:267), mendefinisikan sebuah
gambaran atau deskripsi sistematis tentang kekuatan dan kelemahan yang terkait
dengan pekerjaan dari seseorang atau satu kelompok.
5. Menurut Andrew F. Sikula, penilaian adalah
suatu proses mengestimasi atau menetapkan nilai, penampilan, kualitas, atau
status dari beberapa objek, orang atau benda.
6. Menurut Dale Yoder, penilaian prestasi
kerja merupakan prosedur yang formal dilakukan di dalam organisasi untuk mengevaluasi
pegawai dan sumbangan serta kepentingan pegawai.
7. Menurut French, penilaian prestasi kerja
adalah suatu cara dalam melakukan evaluasi terhadap prestasi kerja para pegawai
dengan serangkaian tolok ukur tertentu yang obyektif dan berkaitan langsung
dengan tugas seseorang serta dilakukan secara berkala.
Dari
beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian prestasi kerja
merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam organisasi atau perusahaan
yang dilakukan secara sistematis untuk mengevaluasi prestasi, kontribusi,
potensi, dan nilai dari seorang karyawan oleh orang-orang yang diberi wewnang
perusahaan sebagai landasan pengembangan dan sebagainya. Hal ini mengingat
bahwa di dalam organisasi, setiap orang sebagai Sumber Daya Manusia (SDM)
mempunyai keinginan untuk mendapatkan penghargaan dan perlakuan adil dari pemimpinnya.
Sehingga karyawan memberikan kontribusi yang berarti pada organisasi atau perusahaan
dan pula sebaliknya, hal ini merupakan upaya guna mencapai tujuan organisasi
atau perusahaan. Ukuran terakhir keberhasilan dari suatu departemen personalia
adalah prestasi kerja. Karena baik departemen itu sendiri maupun karyawan
memerlukan umpan balik atas upayanya masing-masing, maka prestasi kerja dari setiap
karyawan perlu dinilai.
2.3
Tujuan Penilaian Prestasi Kerja
Perusahaan maupun organisasi
menggunakan penilaian prestasi kerja bagi para karyawan atau individu mempunyai
maksud sebagai langkah administratif dan pengembangan. Secara administratif, perusahaan
atau organisasi dapat menjadikan penilaian prestasi kerja sebagai acuan atau
standar di dalam membuat keputusan yang berkenaan dengan kondisi pekerjaan
karyawan, termasuk untuk promosi pada jenjang karir yang lebih tinggi, pemberhentian,
dan penghargaan atau penggajian. Sedangkan untuk pengembangannya adalah cara
untuk memotivasi dan meningkatkan keterampilan kerja, termasuk pemberian
konseling pada perilaku karyawan dan menindak-lanjuti dengan pengadaan training
(Gomez, 2001:226). Cherrington (1995:276) menambahkan tujuan lainnya antara
lain untuk mengidentifikasi kebutuhan training untuk kepentingan karyawan agar
tingkat kemampuan dan keahliannya pada suatu pekerjaan dapat ditingkatkan pada level
yang lebih tinggi. Kemudian diintegrasikan pada perencanaan sumberdaya manusia yang
dihubungkan pada fungsi-fungsi SDM.
Lebih jelasnya, penilaian prestasi kerja
mempunyai tujuan untuk:
1. Membedakan tingkat prestasi kerja setiap
karyawan
2. Pengambilan keputusan administrasi seperti
: seleksi, promosi, retention, demotion, transfer, termination,
dan kenaikan gaji
3. Pemberian pinalti seperti : bimbingan
untuk meningkatkan motivasi dan
4. Diklat untuk mengembangkan keahlian.
Secara garis besar terdapat dua tujuan utama penilaian prestasi kerja, yaitu :
a. Evaluasi terhadap tujuan (goal) organisasi, mencakup
:
·
Feedback pada pekerjaan untuk mengetahui
di mana posisi mereka.
·
Pengembangan data yang valid
untuk pembayaran upah/bonus dan keputusan promosi serta menyediakan media
komunikasi untuk keputusan tersebut.
·
Membantu manajemen membuat
keputusan pemberhentian sementara atau PHK dengan memberikan “peringatan”
kepada pekerja tentang kinerja kerja mereka yang tidak memuaskan. (Michael Beer dalam French, 1986).
b. Pengembangan tujuan (goal)
organisasi, mencakup :
·
Pelatihan dan bimbingan
pekerjaan dalam rangka memperbaiki kinerja dan pengembangan potensi
di masa yang akan datang.
·
Mengembangkan komitmen
organisasi melalui diskusi kesempatan karierdan perencanaan karier.
·
Memotivasi pekerja
·
Memperkuat hubungan atasan
dengan bawahan.
·
Mendiagnosis problem individu
dan organisasi.
2.4 Ruang Lingkup Penilaian
Prestasi Kerja
Ruang
lingkup penilaian prestasi kerja yang dikemukakan oleh Andrew
F. Sikula menyatakan bahwa untuk mengetahui ruang lingkup penilaian prestasi
kerja dapat dilakukan dengan menjawab
beberapa pertanyaan sebagai berikut :
1. Siapa (Who)
Didalam suatu penilaian
prestasi kerja perlu ditetapkan terlebih dahulu siapa yang harus dinilai, yaitu
meliputi seluruh tenaga kerja yang ada dalam organisasi, sejak dari pucuk
pimpinan sampai dengan tenaga kerja dengan tingkat jabatan terendah.
2. Apa (What)
Untuk menjawab pertanyaan apa
yang harus dinilai, maka perlu diketahui beberapa
indikator dibawah ini:
a.
Objeknya,
yaitu bahwa yang menjadi objek penilaian adalah manusia dengan berbagai
kemampuan, sikap, pandangan dan berbagai keterampilan yang dimilikinya.
b.
Dimensi waktunya, yaitu bahwa
yang dinilai adalah prestasi yang dicapai pada
saat ini dan potensi yang dapat dikembangkan pada waktu yang akan datang.
c.
Spesifikasinya, yaitu bahwa
factor-faktor yang dinilai sifat/ karakteristik/ perangi dari tenaga kerja yang bersangkutan.
3.
Mengapa
(Why)
Pertanyaan
ini menunjukan kepada pemahaman tentang apa sebenarnya yang ingin diperoleh dari suatu penilaian
prestasi kerja. Mengapa penilaian prestasi kerja
harus dilakukan, yaitu untuk berbagai tujuan antara lain:
a. Pemeliharaan potensi kerja
b. Meningkatkan prestasi kerja
c. Menentukan kebutuhan akan pelatihan
d. Sebagai dasar pengembangan karir
e. Sebagai dasar pemberian dan peningkatan balas
jasa
f.
Membantu
program pengadaan tenaga kerja
g.
Membantu
mekanisme umpan balik dan komunikasi
4. Bilamana (When)
Pertanyaan ini mengandung
pertanyaan tentang apakah penilaian dilakukan secara
formal atau kah informal. Penilaian formal merupakan proses penilaian
prestasi kerja yang dilakukan secara periodik seperti setiap tahun, setiap
semester, setiap kwartal atau setiap bulan.
Sedangkan penilaian informal merupakan proses penilaian prestasi kerja
yang dilakukan secara terus menerus dan
setiap saat, misalnya setiap hari.
5. Dimana (Where)
Pertanyaan ini menunjukan
kepada dua alternatif tempat pelaksanaan penilaian prestasi kerja yaitu :
a. Ditempat kerja, penilaian prestasi kerja dilakukan haya
dilingkungan organisasi yang bersangkutan.
b.
Diluar tempat kerja, dalam
penilaian prestasi ini pelaksanaannya dilakukan diluar organisasi yang bersangkutan.
6. Bagaimana (How)
Pertanyaan ini menghantarkan kita kepada pemilihan-pemilihan
penilaian prestasi kerja dari berbagai metode yang dimungkinkan. Adapun
metode-metode dalam penilaian prestasi kerja dapat dibagi kedalam 2 (dua)
kelompok,yaitu metode tradisional dan
metode modern. (Andrew F Sakula)
2.5 Metode Penilaian Prestasi Kerja
Pendekatan yang dilakukan dalam penilaian prestasi
kerja pegawai sangat banyak. Dari sekian banyak metode yang digunakan dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu: 1). Metode yang berorientasi masa lalu
(tradisional), seperti: Skala Grafik dengan Rating, Employee
Comparison, Metode Checklist, Metode Essai, metode wawancara atau
interview, dan metode kejadian kritis, dan
2). Metode yang berorientasi masa depan, yakni penilaian diri,
tes psikologi, MBO, dan pusat penilaian.
1.
Metode Tradisional (Berorientasi Masa Lalu)
Metode ini
terbagi dalam beberapa bagian diantaranya adalah
:
a. Skala Grafik (Rating
Scale)
Skala grafik
dengan rating atau juga dikenal dengan metode rating konvensional, adalah metode
yang banyak digunakan. Terdapat banyak versi tentang metode ini namun semuanya
berfokus pada perilaku spesifik atau karakteristik pegawai yang berkaitan
dengan kinerja kerja. Dalam metode ini, penilai diberi formulir penilaian yang
sudah baku dan mengukur karakteristik dan tujuan kerja dari seseorang tenaga kerja. Metode ini terbagi kedalam beberapa bentuk
antara lain :
1) Graphic
Scale, suatu bentuk penilaian yang dilakukan dengan membubuhkan tanda silang pada skala yang tersedia
untuk masing-masing faktor yang dinilai pada formulir penilaian
yang telah disiapkan sebelumnya.
2) Multiple Steps, suatu
bentuk penilaian yang hampir sama dengan graphic schale, namun penilaian dalam
metode ini diharapkan pada beberapa alternatif nilai yang dapat diberikan pada
seseorang.
3)
Behavior Scale, suatu bentuk penilaian yang didasarkan pada
sifat-sifat pribadi seseorang yang dirumuskan dalam skala-skala yang dapat diukur.
Kelemahan metode ini adalah
perilaku yang dinilai tidak spesifik dan penilai cenderung memberikan nilai
rata-rata.
b. Employee Comparison
Dalam metode ini penilai melakukan penilaian dengan cara membandingkan antara tenaga kerja yang satu dengan
yang lainnya, yaitu membandingkan faktor-faktor yang dimiliki oleh
tenaga kerja misalnya pendidikan, keterampilan. Metode ini dapat berbentuk :
1)
Alternation Ranking, suatu
bentuk penilaian dengan cara menbandingkan antara tenaga kerja yang satu
denagan tenaga kerja yang lainnya atas dasar kemampuannya, kemudian disusun dalam bentuk ranking.
2)
Paired Camparison, suatu bentuk penilaian dengan cara membandingkan tenaga kerja
secara keseluruhan, baik faktor-faktor yang diperbandingkan maupun diperbandingkan
kepada seluruh tenaga kerja yang ada dalam
organisasi.
3)
Forced
Distribution, suatu bentuk penilaian yang dilaksanakan dengan cara
memperbandingkan setiap tenaga kerja berdasarkan tingkat kemampuan / prestasinya,
dengan skala yang sudah di tentukan. Misalnya
: Baik Sekali, Baik, Cukup, Kurang dan Kurang sekali.
c. Metode Checklist
Metode ini dilakukan dengan
cara menggunakan suatu daftar isian yang berisi berbagai ukuran karakteristik
dalam bentuk kalimat atau kata-kata yang menggambarkan alternatif prestasi atau
karakteristik dari seorang tenaga kerja metode ini dibagi kedalam 2 (dua) bentuk yaitu :
1)
Weight
Checklist, yaitu suatu daftar isian yang diberi bobot / nilai untuk setiap jawaban yang dipilih dari setiap
pertanyaan.
2) Forced
Score, yaitu suat daftar isian yang cara pengisianya dilakukan dengan
memilih alternatif jawaban yang diberikan terhadap pertanyyan yang diberikan.
Keuntungan dari metode ini
mudah untuk digunakan dan dapat menghindari kecenderungan pemberian nilai
rata-rata atau pemberian nilai karena kemurahan hati. Namun karena keharusan
adanya relevansi antara item perilaku
yang terdaftar dalam penilaian prestasi dengan pekerjaan yang dilaksanakan,
maka dibutuhkan keahlian khusus untuk membangun sejumlah item perilaku yang berbeda untuk jenis
pekerjaan dan tingkatan yang berbeda. Oleh karena itu dibutuhkan bantuan tenaga
profesional yang andal di bidang ini. Ketidakandalan dalam membuat item
perilaku dan kesesuaian bobot nilai masing-masing item dapat mengakibatkan ketidaksesuaian di dalam pemberian
ukuran-ukuran item. Akibatnya
para supervisor kesulitan di
dalam mengiterprestasikan hasilnya. Berikut adalah contoh tabel yang
menggunakan metode checklist :
d. Essay
Dalam metode ini seorang
penilai diharuskan membuat sesuatu karangan yang berkenaan dengan persiapannya
tentang seorang tenaga kerja yang sedang dinilai. Karangan tersebut kemudian
diberikan kepada penilai lain untuk diberi tanggapan dan penilaian terhadap tenaga
kerja yang bersangkutan dengan menggunakan karanga tersebut sebagai dasarnya.
Pada metode ini, penilai menuliskan sejumlah
pertanyaan terbuka yang terbagi dalam beberapa kategori. Beberapa kategori pertanyaan
terbuka yang biasa digunakan: 1. Penilaian kinerja seluruh pekerjaan.
2. Kemungkinan pekerja dipromosikan
3. Kinerja kerja pegawai saat ini
4. Kekuatan dan kelemahan pegawai
5. Kebutuhan tambahan training
Pendekatan ini memberikan fleksibilitas
pada penilaian dengan tidak memasyarakatkan perhatian khusus pada sejumlah
faktor. Di sisi lain karena metode ini menggunakan pertanyaan yang sangat
terbuka, maka penilai akan kesulitan untuk membandingkan dan menilai
jawaban-jawaban dari pertanyaan tersebut. Keberhasilan metode ini juga sangat tergantung
pada kemampuan dan kreativitas supervisor dalam mengajukan pertanyaan untuk
mendapatkan jawaban yang benar-benar dapat mewakili kondisi pegawai yang
dinilai
e. Interview
Metode ini dilakukan dengan
cara memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada
seorang tenaga kerja. Maksud dari penggunaan cara wawancara ini adalah agar pegawai
mengetahui posisi dan bagaimana cara kerja mereka.Selain itu wawancara juga dimaksudkan untuk:
a. Mendorong perilaku positif.
b. Menerangkan apa target/sasaran yang diharapkan dari pegawai.
c. Mengkomunikasikan masalah-masalah yang berkaitan dengan upah dan promosi.
d. Rencana memperbaiki kinerja di masa yang akan datang.
e. Memperbaiki hubungan antara atasan dengan bawahan.
f. Metode Pencatatan Kejadian Kritis (Critical Incident)
Metode
pencatatan kejadian yang kritis adalah Penilaian Prestasi Kerja yang menggunakan
pendekatan dengan menggunakan catatan-catatan yang menggambarkan perilaku karyawan
yang sangat baik atau yang sangat buruk. Dalam metode ini penilai
diharuskan mencatat semua tingkah laku sehari-hari dari seorang tenaga kerja. Misalnya
: inisiatif, kemampuan kerjasama, sikap,
kejujuran, loyalitas dan lain sebagainya.
Contoh tabel metode pencatatan
kejadia kritis
2. Metode modern (Berorientasi
Masa Depan)
Metode ini dapat terbagi
kedalam beberapa bagian diantaranya :
a.
Penilaian Psikologis (Psychological Appraisals)
Penilaian ini pada umumnya terdiri dari wawancara
mendalam, tes-tes psikologi, diskusi dengan atasan langsung, review
evaluasi-evaluasi lainnya. Penilaian psikologi biasanya dilakukan oleh para
psikolog, terutama digunakan untuk menilai potensi karyawan diwaktu yang akan
datang. Evaluasi terhadap intelektual, emosi, motivasi karyawan dan
karakteristik-karakteristik hubungan pekerjaan lainnya sebagai hasil penilaian
diharapkan bisa membantu untuk memperkirakan prestasi kerja di waktu yang akan
datang. Evaluasi tersebut terutama digunakan untuk keputusan-keputusan
penempatan dan pengembangan. Kurasi penilaian sepenuhnya tergantung pada
ketrampilan para psikolog.Point yang perlu diperhatikan :
1. Dilakukan oleh psikolog, yang dinilai
adalah potensi individu, bukan prestasi yang lalu atau yang telah di capai
2. Terdiri dari : interview yang mendalam,
psikotes dan diskusi dengan atasan
3. Psikolog membuat evaluasi tentang
intelektual, emosi, motivasi, dan karakteristik lain yang dapat memprediksi
prestasi yang akan datang.
b. Assesment Centre
Dalam
metode ini penilaian prestasi kerja dilakukan oleh sebuah badan / lembaga yang
dibentuk secara khusus oleh sebuah organisasi dan diberi wewenang untuk
melakukan penilaian atas tenaga kerja yang
ada dalam organisasi yang bersangkutan. Metode ini berguna untuk
membantu identifikasi “talenta”manajemen diwaktu yang akan datang, banyak
perusahaan besar mempunyai pusat-pusat penilaian. Assessment Center adalah
suatu bentuk penilaian karyawan yang distandarisasikan dimana tergantung pada
berbagai tipe penilaian dari penilai. Penilaian bisa meliputi wawancara
mendalam, tes-tes psikologi, diskusi kelompok, simulasi, dan sebagainya untuk
mengevaluasi potensi karyawan diwaktu yang akan datang.
Point
yang perlu diperhatikan :
Penilaian
terhadap karyawan yang terstandarkan dengan berbagai tipe evaluasi dan beberapa
penilaian. Digunakan untuk menilai karyawan pada level Middle Management.
Terdiri dari wawancara, psikotes, evaluasi latar belakang, penilaian oleh rekan
kerja, latihan simulasi, diskusi kelompok, permainan manajemen
b. Management By Objective (MBO)
Metode ini menitik beratkan kepada pengukuran hasil
nyata yang mampu dicapai oleh seorang tenaga kerja yang terlibat dalam proses
penentuan sasaran. Dengan kata lain proses penilaian prestasi kerja diukur dari mampu tidaknya mewujudkan sasaran
yang telah ditetapkan sebelumnya dan apabila mampu, seberapa jauh hasil hasil nyata
dibandingkan dengan sasaran tersebut, adakah unsur-unsur yang dapat memberikan ke efektifan dan efisiensinya.
Management By
Objectives (MBO) yang diperkenalkan oleh
Peter Drucker adalah sistem yang menggambarkan kajian tentang target/sasaran yang hendak dicapai berdasarkan
kesepakatan antara supervisor dan bawahannya. Kajian tentang bagaimana baiknya
bawahan berprestasi selalu ditinjau ulang dan dilakukan secara periodik.
Uji coba selalu dibuat untuk menuliskan target/sasaran dari segi kuantitas. Para ahli percaya bahwa target/sasaran dapat dan selayaknya ditetapkan secara
kuantitatif.
Persyaratan pelaksanaan Metode
MBO
Untuk
melaksanakan penilaian dengan metode MBO, secara umum terdapat sejumlah ketentuan yang harus dilaksanakan yaitu :
1. Supervisor dan bawahan sama-sama menyetujui elemen target
pekerjaan bawahan yang akan dinilai periode tertentu (6 bulan atau 1 tahun).
2.
Bawahan sungguh-sungguh melakukan kegiatan untuk mencapai masing-masing target
3. Selama periode tersebut bawahan secara periodik mereview perkembangan pekerjaan kearah target yang akan dicapai.
4. Pada akhir periode, supervisor
dan bawahan sama-sama mengevaluasi hasil pencapaian target.
Keuntungan MBO
Keuntungan terbesar dari metode MBO adalah teredianya target/sasaran penilaian kinerja yang merupakan kesepakatan antara supervisor
dan bawahannya. Pada tingkat individu, MBO dapat
menjadikan pegawai melakukan kontrol diri, membangun kepercayaan diri,
memotivasi diri, memperbaiki kinerja, mengembangkan masa depan dan
mempunyai pengetahuan penuh tentang
kriteria yang akan dievaluasi.
Pada tingkatan sehubungan interpersonal. MBO dapat
meningkatkan hubungan antara bawahan dengan atasan, memperbaiki
komunikasi, dan menyediakan kerangka kerja (framework) yang lebih
baik. Pada tingkat organisasi, perbaikkan kinerja kerja secara keseluruhan, teridentifikasinya
potensi manajemen dan kebutuhan pengembangan, koordinasi sasaran/target yang lebih
baik, dan terkuranginya duplikasi serta overlapping tugas dan aktivitas merupakan keuntungan yang bisa didapat
dari metode MBO.
Kelemahan
MBO
Pendekatan MBO bukanlah metode
yang paling sempurna. MBO efektif bila sistematis dapat menyatukan setting target yang dibuat oleh
individu dan organisasi. Target yang dihasilkan bersama antara supervisor dan bawahan dengan sendirinya berbeda dengan
target yang telah ditetapkan organisasi. Dengan demikian MBO juga merupakan autocritic organisasi. Salah satu kelemahan MBO adalah : membutuhkan waktu yang cukup lama
hingga terkesan terjadi pemborosan
waktu. Beberapa masalah yang mungkin
timbul akibat diterapkannya metode MBO adalah :
1. Terlalu banyak tekanan pada ukuran tujuan
kuantitatif dapat membawa pada pengabaian tanggung jawab penting lainnya.
2. Tekanan pada kuantitas mungkin akan mengorbankan
kualitas.
3. Jika evaluasi didasarkan pada kesepakatan hasil
yang dicapai, maka bawahan secara sengaja atau tidak sengaja menset target yang
rendah sebagai hasil yang mereka capai.
4. Memungkinkan adanya tendensi mengadopsi target
atau tujuan yang dianggap penting oleh bawahan yang dominan.
5. Penyedia (supervisor ) dapat
mengasumsikan tidak ada latihan dan bimbingan.
Tim
MBO dalam membangun dan mengembangkan target/sasaran,
program MBO kebanyakan menggunakan sistem one-on-one antara supervisor dengan bawahan. Pada
kebanyakan instansi, sistem one-on-one tidak dapat dilaksanakan pada
kebanyakan pekerjaan yang sifatnya interdependen, terutama pada tingkat manajer
dan supervisor. Baik
manajer maupun supervisor kesulitan
bila harus melakukan one-on-one pada seluruh bawahannya untuk membangun dan
mengkaji ulang target/sasaran yang
hendak dicapai.Di samping memakan waktu yang cukup lama, juga akan mengganggu
kegiatan kerja. Karenanya pada kabanyakan instansi, metode MBO ini dilakukan dengan
menggunakan pendekatan tim untuk mengkaji ulang target-target tersebut.
c.
Penilaian Diri (Self Appraisals)
Teknik penilaian ini berguna bila tujuan evaluasi
adalah untuk melanjutkan pengembangan diri. Bila karyawan menilai dirinya, perilaku
defensip cenderung tidak terjadi, sehingga upaya perbaikan diri juga cenderung
dilaksanakan. Point yang perlu diperhatikan :
1. Karyawan menilai sendiri kinerja yang
telah dicapai dan yang akan dicapai.
2. Memerlukan kematangan diri karyawan untuk
dapat menilai diri sendiri secara objektif.
3. Dimensi penting adalah keterlibatan dan
komitmen karyawan untuk melakukan proses perbaikan diri.
2.6. Kegunaan Penilaian Prestasi Kerja
T. Hani Handoko (2000:135) mengatakan bahwa kegunaan-kegunaan penilaian prestasi kerja dapat dirinci sebagai
berikut :
1. Perbaikan prestasi kerja
Umpan balik pelaksanaan
kerja memungkinkan karyawan, manajer dan departemen personalia dapat
membetulkan kegiatan-kegiatan mereka utuk memperbaiki prestasi.
2. Penyesuaian-penyesuaian Kompensasi
Evaluasi prestasi kerja
memantu para pengambil keputusan dalam menentukan kenaikan upah, pemberian
bonus, dan bentuk kompensasi lainnya.
3. Keputusan penempatan
Promosi, transfer, da
demosi biasanya didasarkan pada prestasi kerja masa lalu atau antisipasinya.
Promosi sering merupakan bentuk penghargaan terhadap prestasi kerja masa lalu.
4. Kebutuhan latihan dan pengembangan
Prestasi kerja yang
jelek mungkin menunjukan kebutuhan latihan, demikian juga prestasi kerja yang
baik mungkin mencerminkan potensi yang harus dikembangkan.
5. Perencanaan dan pengembangan karir
Umpan balik prestasi
mengarahkan keputusan-keputusan karir, yaitu tentang jalur karir tertentu yang
harus diteliti.
6. Penyimpangan proses staffing
Prestasi kerja yang baik
mencerminkan kekuatan atau kelemahan prosedur staffing departemen personalia.
7. Ketidak akuratan informasi
Prestasi kerja yang
jelek mungkin menunjukan kesalahan dalam informasi analisis jabatan, rencana
sumber daya manusia, atau komponen lain system informasi manajemen personalia.
8. Kesalahan desain pekerjaan
Prestasi kerja yang
jelek mungkin merupakan suatu tanda kesalahan dalam desain pekerjaan. Penilaian
prestasi kerja membantu diagnosa kesalahan tersebut.
9. Kesempatan kerja yang adil
Penilaian prestasi kerja
secara akurat akan menjamin keputusan penempatan internal dengan adil tanpa
diskriminasi.
10. Tantangan eksternal
Prestasi kerja juga
tidak lepas dari pengaruh dari lingkungan luar kerja seperti keluarga,
kesehatan, kondisi finansial atau masalah pribadi karyawan lainnya.
2.7. Syarat-Syarat Dalam Penilaian Prestasi Kerja
Diperlukan
syarat-syarat tertentu. Menurut Bambang Wahyudi(2002:122) syarat-syarat agar
pelaksanaan penilaian prestasi kerja dapat berhasil
sesuai dengan sasaran yang diharapkan, tersebut adalah:
1. Relevan
Syarat ini menegaskan bahwa suatu system
penilaian prestasi kerja hanya mengukur hal-hal yang berhubungan atau berkaitan
langsung dengan prestasi kerja dalam suatu jabatan tertentu.
2. Akseptabel
Syarat ini menunjukan bahwa penilaian prestasi kerja harus dapat diterima dan dimengerti baik oleh penilai maupun
yang dinilai.
3. Reliabel
Syarat ini
menegaskan bahwa suatu system penilaian prestasi kerja harus dapat dipercaya
serta mempunyai alat ukur yang dapat diandalkan,konsisten dan stabil.
4. Sensitif
Penilaian prestasi kerja harus mempunyai
kemampuan kepekaan untuk membedakan tenaga kerja yang efektif
dengan tenaga kerja yang tidak efektif.
5. Praktis
Syarat ini
menghendaki agar suatu system penilaian pekerjaan harus praktis dan mudah dilaksanakan,
baik menyangkut administrasi interprestasi serta
tidak perlu biaya yang besar.
2.8.
Unsur-Unsur Yang Dinilai Dalam Penilaian Prestasi Kerja
Berikut ini
unsur-unsur dasar dalam penilaian prestasi kerja. Menurut Malayu S.P Hasibuan (2001:104) antara lain :
1.
Kesetiaan
Penilai
menilai kesetiaan pekerja terhadap pekerjaannya, jabatan dan organisasi.
Kesetiaan ini dicerminkan oleh kesediaan karyawan menjag dan membela organisasi
didalam maupun diluar pekerjaan.
2.
Prestasi
kerja
Penilai
menilai hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dapat dihasilkan oleh
pekerja dari uraian pekerjannya.
3.
Kejujuran
Penilai
menilai kejujuran dan melaksanakan tugas-tugasnya memenuhi perjanjian baik bagi
dirinya maupun terhadap orang lain.
4.
Kedisplinan
Penilai
menilai kedisplinan karyawan dalam mematuhi peraturan-peraturan yang ada dan mengerjakan
pekerjannya sesuai denga instruksi yang diberikan kepadanya.
5.
Kreatifitas
Penilai
menilai kemampuan karyawan dalam mengembangkan kretifitasnya untuk
menyelesaikan pekerjaannya sehingga bekerja lebih berdaya dan berhasil guna.
6.
Kerjasama
Penilai
menilai terhadap partisipasi dan kerjasama degan karyawan lainnya baik vertikal
maupun horizontal didalam maupun diluar pekerjaan.
7.
Kepemimpinan
Penilai
menilai kemampuan untuk memimpin, mempengaruhi dan mempunyai pribadi yang kuat,
dihormati, berwibawa dan dapat memotivasi orang lain.
8.
Kepribadian
Penilai
menilai sikap perilaku kesopanan, periang, disukai, memberi kesan menyenangkan,
memperhatikan sikap yang baik dan penampilan yang simpatik serta wajar dari
karyawan tersebut.
9.
Prakarsa
Penilai
menilai kemampuan berfikir berdasarkan inisiatif sendiri untuk menganalisis,
menilai, menciptakan, memberikan alasan, mendapatkan alasan,mendapatkan kesimpulan
dan membuat keputusan akan masalah yang dihadapinya.
10. Tanggung jawab
Penilai
menilai kesediaan karyawan dalam mempertanggung jawabkan kebijaksanaannya,
pekerjaan dan hasil kerjanya, sarana dan prasarana yang dipergunakan.
2.9. Aplikasi Penilaian Prestasi kerja
Usaha
yang dapat dilakukan pada awal pelaksanaan penilaian kinerja adalah sebagai
berikut:
1. Mulailah dari tingkatan yang paling atas. Maksudnya
penggunaan penilaian prestasi harus dimulai dari pimpinan yang paling tinggi,
kemudian secara bertahap turun ke karyawan yang tingkatannya lebih
rendah, sampai akhirnya ke tenaga pelaksana, sehingga tidak ada kesan bahwa
atasan selalu di nomor satukan sehingga tidak perlu dinilai.
2. Untuk melihat apakah system penilaian yang disusun
itu efektif dan untuk menghindari pemborosan waktu dan tenaga, perlu
dilaksanakan penilaian di bagian tertentu lebih dulu sebagai pilot project.
Apabila ternyata ada kekurangan, maka dapat diperbaiki terlebih dahulu untuk
kemudian dilanjutkan ke bagian-bagian lainnya.
3. Dalam melakukan penilaian prestasi kerja sebaiknya
jangan tergesa-gesa, karena tidak semua karyawan/individu mudah begitu saja
menerima perubahan-perubahan khususnya perubahan sikap. Dalam hal ini sebaiknya
dilakukan persiapan-persiapan dan pemberitahuan terlebih dahulu (sosialisasi), kemudian
berikan kesempatan untuk didiskusikan dengan masing-masing kepala bagian dan
yang terakhir diusahakan agar tidak berkesan “memaksakan” penggunaan system
penilaian prestasi tersebut kepada karyawan.
4. Dalam melakukan penilaian prestasi kerja sebaiknya
mempertimbangkan hubungan antara aktivitas dengan hasil, dimana :
- Aktivitas
menunjukkan bagaimana sasaran dicapai
- Hasil
menunjukkan sasaran apa yang telah dicapai
Dalam
melakukan penilaian yang baik, diperlukan keseimbangan keduanya yaitu
keseimbangan antara apa yang telah dicapai dengan bagaimana cara mencapai hasil
tersebut, standard yang ditetapkan harus disesuaikan dengan memberikan
pengarahan tentang bagaimana caranya agar standard/hasil yang ditetapkan dapat
dicapai.
Mekanisme
pelaksanaan program penilaian prestasi sdm :
a) Melaksanakan
pengukuran dan membuat standard baku satuan hasil kerja dengan melaksanakan
workload analysis, yang akan digunakan sebagai pedoman dalam membandingkan
antara standard hasil dengan hasil yang dicapai oleh karyawan.
b) Menetapkan dan
menyepakati waktu penilaian dan frekuensi penilaian misalkan; waktu penilaian 6
bulan dan dilakukan dalam 3 kali penilaian.
c) Diantara atasan dan
bawahan menetapkan dan menyepakati aktivitas yang akan dilaksanakan dengan
mengisi dan menandatangani form management performance sesuai dengan job title
yang dipangku oleh karyawan tersebut dan selaras dengan target organisasi.
d) Atasan memonitor
prestasi yang dicapai oleh bawahannya dengan menggunakan laporan kerja harian,
dan diketahui oleh karyawan.
e) Meresumekan hasil
akhir pada waktu tertentu misal; 6 bulan atas prestasi yang dicapai oleh
karyawan tersebut.
f) Memasukan data hasil
penilaian ke dalam lembar penghitungan penilaian.
g) Memberikan kompensasi
bagi yang berprestasi dan memberikan konseling bagi yang tidak berprestasi.
3.0
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Kinerja seorang karyawan bisa
disebabkan oleh beberapa faktor, berikut faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja:
a. Efektifitas
dan efisiensi
Bila suatu tujuan tertentu akhirnya
bisa dicapai, kita boleh mengatakan bahwa kegiatan tersebut efektif tetapi
apabila akibat-akibat yang tidak dicari kegiatan menilai yang penting dari
hasil yang dicapai sehingga mengakibatkan kepuasan walaupun efektif dinamakan
tidak efesien. Sebaliknya, bila akibat yang dicari-cari tidak penting atau
remeh maka kegiatan tersebut efesien (Prawirosentono, 1999:27).
b. Otoritas (wewenang)
Otoritas adalah sifat dari suatu komunikasi atau
perintah dalam suatu organisasi formal yang dimiliki seorang anggota organisasi
kepada anggota yang lain untuk melakukan suatu kegiatan kerja sesuai dengan
kontribusinya (Prawirosentono, 1999:27). Perintah tersebut mengatakan apa yang
boleh dilakukan dan yang tidak boleh dalam organisasi tersebut.
c. Disiplin
Disiplin
adalah taat kepada hukum dan peraturan yang berlaku (Prawirosentono,1999:27).
Jadi, disiplin kayawan adalah kegiatan karyawan yang bersangkutan dalam
menghormati perjanjian kerja dengan organisasi dimana dia bekerja.
d. Inisiatif
Inisiatif
yaitu berkaitan dengan daya pikir dan kreatifitas dalam membentuk ide untuk
merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi.
3.1. Kendala Dalam
Penilaian Prestasi Kerja
Penilaian kinerja harus bebas dari
diskriminasi. Apapun bentuk atau metode penilaian yang dilakukan oleh pihak
manajemen harus adil, realistis, valid, dan relevan dengan jenis pekerjaan yang
akan dinilai karena penilaian kinerja ini tidak hanya berkaitan dengan masalah
prestasi semata, namun juga menyangkut masalah gaji, hubungan kerja,
promosi/demosi, dan penempatan pegawai. Adapun bias-bias yang sering muncul
sebagai berikut :
a. Pemilihan Metode Terbaik
Hingga saat ini
tidak satupun dari metode panilaian prestasi di atas dikatakan sebagai yang terbaik untuk semua kondisi dan situasi
organisasi. Kondisi dan situasi yang berbeda menghendaki metode dan sistem yang
berbeda. Menurut French (1986), metode penilaian prestasi kerja yang terbaik
tergantung pada :
a. Pendekatan pada metode penilaian pada pekerjaan
yang akan dinilai.
b. Variasi faktor organisasi yang dapat
menolong mengimplementasikan program penilaian (Iklim organisasi, training prosedur penilaian, dan
lain-lain).
b. Kesalahan Penilaian
Penilaian yang
benar dan dapat dipercaya terutama penting di dalam menggunakan kesempatan yang sama pada pekerja untuk mendapatkan
petunjuk pelaksanaan (Juklak) atau guidelines kerja.Sayangnya supervisor dapat membuat kesalahan yang mengakibatkan
peniaian menjadi kurang benar dan kurang dapat dipercaya. Kesalahan yang
mungkin dilakukan oleh penilai berkaitan dengan faktor manusia, dimana
penilai tidak dapat terlepas dari unsur subyektif dalam manusia. Kesalahan
tersebut di antaranya adalah :
1). Hallo Effect
Kesalahan hallo effect sangat dimungkinkan bila
penilai terpesona oleh perilaku pegawai seperti penampilan atau kepribadiannya.
Kekaguman ini dapat menutup mata penilai terhadap kelemahan pegawai yang lain. Sebaliknya
bila pegawai membuat kesalahan kecil namun membekas di hati penilai, maka bisa
jadi nilai yang didapat hasilnya buruk meskipun sesungguhnya ia memiliki
prestasi lebih.
Hallo effect juga kadang terjadi pada
saat penilaian awal pada pertemuan pertama antara seorang penilai saat bertemu
degan orang yang akan dinilainya di mana seseorang cenderung melakukan penilaian-penilaian
terhadap orang yang baru saja dikenalnya dengan cara mengkategorikan setiap hal
yang dilihat/dirasakannya pada orang tersebut dan mencocokkannya dengan
kategori-kategori yang telah ditetapkan olehnya sebelumnya. Pendek kata, hallo effect adalah efek yang
ditimbulkan oleh seseorang dalam pertemuan pertama kali (kesan pertama).
Beberapa hal pengkategorian yang sering menjadi acuan
penilaian seseorang terhadap orang yang baru saja ditemui / dikenalnya antara
lain :
Sifat
Orang
cenderung akan mengkategorikan sifat-sifat seseorang yang baru saja ditemuinya
hanya dengan berbicara beberapa kata saja / dengan melihat penampilannya saja
dengan beberapa kriteria contoh seperti :
- Senyum seseorang saat pertemuan pertama menandakan bahwa orang itu ramah dan menyenangkan.
- Cara berjabat tangan yang erat saat berkenalan menandakan pribadi yang hangat dan terbuka bagi sebuah pertemanan.
- Pembicaraan / komunikasi yang cenderung tersendat pada pertemuan pertama dan tidak berlangsung dengan lancar menandakan kalau orang tersebut membosankan.
Fisik / kepribadian dalam
keseharian
·
Aroma
parfum yang menenangkan akan mencerminkan seseorang dengan kepribadian yang
hangat dan menyenangkan.
·
Penampilan
seseorang yang rapi menunjukkan sebuah kedewasaan dan kemandirian.
·
Cara
berpakaian yang urakan menggambarkan seseorang yang memiliki kehidupan pribadi
yang tidak teratur.
2) Kecenderungan menilai
rata-rata cukup atau menengah.
Kebanyakan
penilai kurang berani mencantumkan nilai yang rendah atau yang tinggi. Sikap
ini merupakan cerminan sebagaimana umumnya masyarakat dalam menilai. Penilaian
yang tinggi dikhawatirkan akan menjadikan pegawai sombong dan lupa
diri, sebaliknya penilaian yang rendah dikhawatirkan dapat menjatuhkan
mental pegawai. Karenanya seringkali penilai mencantumkan nilai rata-rata atau nilai
tengah.
3) Karena “kemurahan hati”
Subyektivitas
lainnya adalah kemurahan hati. Banyak penilai tidak tega mencatumkan nilai
sebenarnya. Seringkali panilai mencantumkan nilai katrol sebagai kemurahan hati. Ketidakberanian mencantumkan
nilai rendah selain karena khawatir akan menjatuhkan mental pegawai, juga
karena penilai khawatir disalahkan oleh organisasi. Karena bisa jadi rendahnya
nilai bukan semata-mata kesalahan pegawai tapi karena kesalahan panilai dalam
menilai (tidak valid dan tidak reliable) atau
penetapan target yang salah.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Penilaian
prestasi kerja merupakan sebuah proses formal untuk melakukan peninjauan ulang
dan evaluasi prestasi kerja seseorang secara periodik. Dapat diartikan juga penilaian
prestasi adalah suatu analisa yang adil dan jujur tentang nlai karyawan bagi
organisasi. Suatu ancangan yang obyektif, sistematis dan menyeluruh kepada
penilaian prestasi dapat menjadi suatu alat yang berguna bagi perusahaan. Ia
bukan saja menjadi suatu alat untuk memberikan bimbingan kepada manajemen dalam
menseleksi karyawan untuk kenaikan pagkat atau gaji tetapi juga dipakai suatu
alat pelatihan dan bimbingan guna membantu para karyawan pada segala jenjang
dari organissi untuk meningkatkan prestasinya, dan untuk perencanaan karyawan
berjangkauan panjang. penilaian prestasi dilakukan untuk memperoleh informasi
yang berguna dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kegiatam manager
sumber daya manusia (SDM) yang lain seperti perencanaan SDM , penarikan dan
seleksi , pengembangan SDM, perencanaan dan pengembangan karir ,
program-program kompensasi, promosi, demosi, pensiun, dan pemecatan. Metode
yang paling luas dipakai untuk mengukur (validitas/kelayakan untuk dipercayai)
mengenai metode penilaian adalah membandingkan pengharkatan yang paling akhir
dengan pengharkatan-pengharkatan terdahulu. Menafsirkan penilaian prestasi
merupakan langkah penting yang terakhir. Walaupun sulit, tetapi diperlukan.Diharapkan
dengan adanya pembuatan makalah ini dapat mengetahui bagaimana penilaian yang
baik terhadap karyawan yang nantinya dapat diterapkan dalam suatu perusahaan.
Pembuatan
makalah ini tentu ada banyak kekurangan dalam pembahasan materi, tentunya diharapkan
dapat menambah materi yang belum diketahui, dan tentu ada tambahan materi yang
sebelumnya belum diketahui. Pemahaman penilaian prestasi kerja tentu sangat
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari jika kita ber kedudukan sebagai manajer
dalam suatu perusahaan sehinggan nantinya kita dapat meneruskan dan
mengembangkan usaha yang dijalani.
DAFTAR PUSTAKA
Mathis, R.L. & J.H. Jackson. 2006. Human Resource Management: Manajemen Sumber Daya Manusia. Terjemahan Dian
Angelia. Jakarta: Salemba Empat.
Prof.Dr.
P. Siagian Sondang.1996. Manajemen Sumber
Daya Manusia.Edisi 1.Bumi Aksara:
Jakarta.
Handoko, T. Hani, Manajemen
Personalia Dan Sumber Daya Manusia, Edisi Kedua, Penerbit BPFE, Yogyakarta,
1987.
Tutus, Moh. Agus, Drs., Manajemen
Sumber Daya Manusia, Buku Panduan Mahasiswa, Cetakan Keempat, Penerbit PT. Gramedia, Pustaka Utama, Jakarta, 1995
terima kasih
ReplyDelete